“ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar “
(Q.S Al-Baqarah ayat 153)
Dalam
ayat ini, ALLOH menjelaskan bahwa permintaan petunjuk dan permintaan
pertolongan dilakukan melalui proses sabar dan shalat. Karena bila seorang
hamba mendapat nikmat, maka dia mensyukurinya, atau mendapat bencana, maka dia
bersabar menghadapinya. ALLOH menjelaskan sarana terbaik yang dapat digunakan
untuk menghadapi berbagai musibah, yaitu sabar dan sholat. Dalam sebuah hadits
dikatakan: “Apabila Rasululloh SAW menghadapi sesuatu kesulitan, maka beliau sholat
“
Pada umumnya kita semua bisa lebih sabar, disaat kita di uji Allah
dengan hal yang menyenangkan, tapi saat kita di uji Allah dengan ujian yang
tidak menyenangkan, seperti ujian kesulitan, ujian kehilangan dan atau musibah
maka kebanyakan dari kita, akan merasa begitu sulit menerimanya dan sulit untuk
bisa sabar.
Ujian kesulitan, ujian kehilangan, kekurangan musibah, penyakit, kemiskinan, adalah perkara biasa yang
dihadapi oleh manusia selama hidup di dunia ini. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini “ Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah [2] : 155-157).
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS. Al ‘Ankabuut [29] :
2)
Ketahuilah, sabar akan sangat sulit dilakukan, apabila kita tidak
mampu menyadari, bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pada
hakikatnya hanyalah ujian. Harta yang kita miliki, karir yang bagus, rumah dan
mobil mewah yang kita miliki, anak dan keluarga, itu semua adalah ujian dari
Allah dan titipan Allah. Apakah kita bersyukur atau menjadi kufur?
Kita harus memahami dengan sebaik-baiknya bahwa Allah lah pemilik yang
sebenar-benarnya atas segala sesuatu apapun yang kita miliki di dunia ini.
Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki sebenarnya adalah milik Allah dan
titipan Allah, maka begitu Allah mengambilnya dari kita, insya Allah kita akan
lebih mudah merelakannya. Karena kita menyadari, bahwa semua itu adalah milik
Allah dan titipan Allah. Dan yang
namanya titipan, suatu saat nanti memang pasti akan kembali pada pemiliknya, kapanpun
pemiliknya menghendaki apa yang dititipkan kembali atau mau mengambilnya dari
kita, maka kita harus dengan rela memberikannya.
Jadi, jangan menjadi stres, terpukul dan merasa kehilangan yang sangat
berat, apabila kemarin kita masih punya mobil, sekarang sudah tidak lagi,
jangan stres dan bersedih hati apalagi sampai meratapi nasib, apabila bulan
kemarin usaha kita masih sukses, sedangkan sekarang kita mengalami kegalalan
yang besar.
Karena sesungguhnya dengan adanya musibah, maka seorang hamba akan
mendapatkan pengampunan dari Allah SWT. Perhatikan sabda Rasulullah saw berikut
ini: “Tak seorang muslim pun yang
ditimpa gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya,
melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta
menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan
daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat
yang Allah SWT berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang
menyertainya.
Seperti sabda Rasulullah SAW,
“Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan
apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada
mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa
yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan
al-Albani dalam as-Shahihah [146]).
Rasulullah SAW bersabda : “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa
orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga
ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR.
Tirmidzi).
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala
ketentuan Allah dan menyadari bahwa apapun yang terjadi,
sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala
ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman : “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi
dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (QS al-Hadid [57] : 22)
Apabila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, sebaiknya kita
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami adalah
milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). ini dinamakan dengan kalimat
istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT). Kalimat istirja’ akan lebih
sempurna lagi jika ditambah, setelahnya dengan doa yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW sebagai berikut :“Ya
Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu
yang lebih baik bagiku.” Barangsiapa
yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan doa di atas niscaya Allah
SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik.
(Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila ada anak salah seorang hamba itu
meninggal maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya, ‘Apakah kalian mencabut
nyawa anak hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab, ‘Ya.’ ‘Apakah kalian telah
mencabut nyawa buah hati hamba-Ku?’. Maka mereka menjawab ‘Ya.’ Lalu Allah
bertanya, ‘Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Dia memuji-Mu
dan beristirja’ -membaca innaa lillaahi dst-..’ Maka Allah berfirman,
‘Bangunkanlah untuk hamba-Ku itu sebuah rumah di surga, dan beri nama rumah itu
dengan Bait al-Hamd.’.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah
[1408]).
Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini : “Sungguh mengagumkan
urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan hal itu
tidak akan diperoleh kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan
kesenangan, maka dia bersyukur. Maka hal itu merupakan kebaikan baginya. Dan
apabila dia tertimpa kesusahan maka dia bersabar. Maka itu juga merupakan
kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena
pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT : إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10)
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang bila kita
renungkan dan pahami dengan sebaik-baiknya,
insya Allah bisa membuat kita semua bisa sabar dan ikhlas dalam
menghadapi ujian-Nya yang paling berat sekalipun :
1.Kita harus percaya pada
jaminan Allah bahwa : ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” (QS Al Baqarah [2] : 286).
Allah SWT yang memiliki diri kita, sangat tahu kemampuan kita, jadi
tidak akan mungkin Allah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan kita.
2.Sebenarnya, kita semua pasti
mampu untuk bisa sabar dalam segala ujian dan segala keadaan, asalkan kita kuat
iman.
3.Coba kita tanyakan pada diri
kita, saat kita ditimpa suatu ujian kesulitan, kesedihan dan atau kehilangan,
apa manfaat yang bisa kita ambil kalau kita tidak sabar dan tidak
mengikhlaskannya? Apakah dengan ”tidak sabar” dan ”tidak ikhlas” nya kita, maka
bisa menghadirkan kenyamanan untuk kita? Atau bisa membuat ujian tersebut tidak
jadi datang atau tidak jadi menimpa kita? Sekarang mari kita pikirkan kembali,
kita sabar atau tidak sabar, ikhlas atau tidak ikhlas, ujian kesulitan /
kesedihan atau musibah tetap terjadi dan menimpa kita kan? Jadi lebih baik kita terima dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan. Bila kita bisa sabar dan ikhlas menerimanya, maka
insya Allah, tidak akan terasa berat lagi ujian tersebut, percayalah. Dan
ingat, dalam sabar, terkandung ridha Allah SWT. Dan ridha Allah SWT terhadap
kita, adalah segalanya.
4.Kita harus selalu baik sangka
kepada Allah SWT dan jangan pernah sekalipun meragukan dan mempertanyakan
keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah. Kita harus bisa sabar dan ridha terhadap
apapun keputusan, ketetapan dan pengaturan-Nya. Kalau kita masih merasa tidak
puas dengan semua keputusan, ketetapan, pengaturan dan ketentuan Allah itu,
maka cari saja Tuhan selain Allah.
Perhatikan firman-Nya dalam hadits Qudsi : ”Akulah Allah, tiada Tuhan
melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak
bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka bertuhanlah
kepada Tuhan selain Aku.” (hadist ini diriwatkan oleh al-Thabrani dalam
Al-Mu’jam al-Kabir melalui jalur Abu Hind al-Dari)
Karena itu, marilah kita sabar dan ikhlas dalam segala keadaan,
yakinlah bahwa janji Allah pasti benar. Percayalah, sabar dan ikhlas, akan
membuahkan kebahagiaan hidup.
Jiwa yang senantiasa ikhlas adalah jiwa yang penuh kekuatan dan tidak
mudah rapuh karena keadaan, adalah jiwa yang penuh kearifan dan ketaqwaan.
Sangat sadar akan kelemahan dan kekuatannya, selalu melihat kedalam diri dan
bercermin pada kebenaran yang di digariskan-Nya
Jika ia ridho, maka Allah akan mensucikannya.
Jika kita rasakan beratnya kaki menapak dan letihnya bersabar, itulah indikasi jawaban dari pertanyaan mengapa perjuangan itu pahit, karena surga itu manis.
Janganlah meminta Allah untuk meringankan beban, tapi mintalah Allah
untuk menguatkan pundakmu untuk dapat menjalankan beban/ujian itu.
Dalam kesulitan teruji kesabaran, dalam perjuangan teruji keikhlasan.
Semoga kita selalu diberikan kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani
segala beban ujian yang kita hadapi.
آمين يا رب العالمين
*Diambil dari berbagai sumber