Pada dasarnya, aktivitas fisik yang dilakukan secara kontinyu dan dalam waktu yang panjang dapat melatih kesegaran jasmani seseorang, termasuk berjalan kaki. Selain melatih kesegaran jasmani, oksigen yang dihirup dan diedarkan akan melancarkan sirkulasi darah. Efeknya, kondisi tubuh tak cepat lelah dan lebih cepat mengembalikan tubuh pada kondisi normal, serta mengurangi stres atau depresi.
Jalan Kaki dan Jantung
Jalan kaki diklaim dapat menyehatkan jantung Anda, karena jalan kaki secara teratur dapat menurunkan resiko hipertensi, yaitu salah satu faktor pencetus penyakit jantung. Selain itu, jika Anda memang penderita hipertensi, aktivitas berjalan kaki justru akan sangat membantu menurunkan mengurangi tekanan darah Anda, tentunya jika dilakukan secara rutin.
Aktivitas jalan kaki memang baru bisa disebut olahraga jika dilakukan secara kontinu, minimum 30 menit setiap harinya. Untuk latihan jantung, perhitungan zona latihannya adalah 60-80 % dari denyut nadi maksimum (DNM). Angka DNM diambil dari 220 – umur. Jadi, misalnya Anda berusia 40 tahun, DNM-nya adalah 220 – 40 = 180, maka denyut nadi latihan Anda antara 60% x 180 = 108 dpm (denyut per menit) sampai dengan 80% x 180 = 144 dpm.
Namun agar latihan lebih efektif dan bisa masuk zona latihan, sebaiknya intensitasnya ditambah, baik itu kecepatannya, jarak tempuhnya, waktu dan juga medannya (misalnya jalan yang menanjak/menurun). Latihan pun bisa dimulai dari seminggu sekali, seminggu dua kali, seminggu tiga kali, sampai nantinya bisa dilakukan setiap hari.
Jalan Kaki dan Nyeri Punggung
Mereka yang sedang menderita nyeri punggung atau sedang dalam masa penyembuhan akibat nyeri punggung, disarankan untuk melakukan olahraga ringan seperti aerobik, namun untuk beberapa kasus penderita nyeri punggung, kadang olahraga ringanpun tetap terasa nyeri sehingga mereka cenderung berhenti berolahraga.
Sebagai alternatifnya, maka disarankan untuk mengganti olahraga ringan dengan berjalan kaki. Jalan kaki dengan kecepatan rendah yang stabil dan seimbang justru akan menjaga dan meningkatkan kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sambil turut mengurangi kecenderungan timbulnya nyeri punggung di kemudian hari.
Sebelum berolahraga dengan cara jalan kaki, lakukan peregangan secara perlahan dan lembut untuk meregangkan otot dan sendi-sendi agar terbiasa dengan gerakan berjalan kaki. Namun ada baiknya sebelum melakukan peregangan, Anda terlebih dulu melakukan jalan ringan selama lima menit untuk pemanasan.
Karena berjalan kaki dapat melatih otot betis, paha, panggul dan torso, maka olahraga ini dapat meningkatkan stabilitas tulang belakang dan juga kondisi otot-otot penyangga sehingga postur tubuh yang tegak tetap terjaga. Selain itu, berjalan kaki juga dapat memperkuat tulang, sehingga apabila dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah osteoporosis dan bisa membantu mengurangi nyeri osteoarthritis.
Jalan Kaki dan Diabetes
Diabetes Prevention Program pada tahun 2001 mempublikasikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa berjalan kaki 30 menit, lima kali seminggu, dibarengi dengan mengatur porsi makan, ternyata dapat mengurangi resiko diabetes sampai 50% pada partisipan yang kelebihan bobot badan disertai kadar gula darah tinggi. Mereka juga mengalami penurunan bobot badan rata-rata 7,5 kg dalam setahun.
Rutin berjalan kaki memang sangat baik dilakukan bagi penderita diabetes karena bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk memproses gula sehingga tidak menumpuk berlebihan di dalam darah. Hasilnya, kadar gula dalam darah bisa turun, sehingga bisa mengurangi resiko Anda menderita penyakit jantung dan ginjal.
Sebelum dan sesudah berjalan kaki, cek kadar gula darah Anda. Jika terlalu rendah, di bawah 100 mg/dl, Anda harus menambah asupan karbohidrat sekitar 15-30 gram. Jika terlalu tinggi, di atas 200 mg/dl, maka sebaiknya tunda dulu olahraga Anda sampai kadar gula darahnya turun. Penting untuk para diabetisi untuk selalu melakukan pengecekan kadar gula darah dengan interval yang rutin jika ingin mencoba berjalan kaki dengan jarak tempuh yang jauh.
Waktu yang paling baik untuk diabetisi melakukan olahraga jalan kaki adalah sekitar 1-2 jam setelah makan, saat insulin dan kadar gula darah mulai stabil. Paling disarankan jika dilakukan di pagi hari, terutama untuk penderita diabetes tipe 1.
Untuk menghindari terjadinya penurunan kadar gula terlalu rendah saat berjalan kaki, sebaiknya bawalah makanan ringan yang mengandung karbohidrat. Setelah selesai berjalan kaki, anda mungkin butuh asupan karbohidrat sedikit lebih banyak dari biasanya untuk mencegah terjadinya hipoglikemia. Yang terpenting saat Anda mencoba program ini, Anda harus ekstra hati-hati terhadap gejala-gejala dan tanda-tanda yang mungkin terjadi, jangan memaksakan diri, dan sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter Anda.
Jalan Kaki dan Diet
Hampir setiap aktivitas fisik yang kita lakukan memang membakar kalori, namun pertanyaannya, seberapa banyak kalori yang terbakar? Dibandingkan dengan olahraga penuh, ternyata berjalan kaki pun mampu membakar kalori dalam jumlah yang cukup besar. Pada wanita usia 40 dengan gaya hidup dengan aktivitas fisik sedang, berjalan kaki dengan kecepatan 2 mil perjam (kira-kira setara dengan 70 langkah permenit) selama 30 menit dapat membakar kalori sampai 79,1 kcal, sedangkan dengan kecepatan 4 mil perjam (kira-kira setara dengan 140 langkah permenit) selama 30 menit bahkan dapat membakar kalori sampai 184,1 kcal. Sedangkan pada pria usia 40 dengan gaya hidup dengan aktivitas fisik sedang, berjalan kaki dengan kecepatan 2 mil perjam selama 30 menit dapat membakar kalori sampai 64,9 kcal, dan dengan kecepatan 4 mil perjam selama 30 menit bahkan dapat membakar kalori sampai 186,7 kcal. Jika hal ini dilakukan rutin setiap hari, Anda dapat menghitung berapa jumlah kalori yang hilang saat berjalan kaki.
Saat ini telah ramai dikenal istilah “The Walking Diet”, yang artinya melakukan “diet” dengan cara berjalan kaki. Jika Anda ingin afdol dalam berdiet, maka sebetulnya Anda cukup mengatur pola makan sehat – tanpa diet gila-gilaan – yang dipadu dengan berjalan kaki 10.000 langkah perhari. Hal ini karena selain membakar kalori, berjalan kaki juga mampu memperbaiki system metabolisme tubuh, akibatnya racun-racun dan lemak yang menumpuk di tubuh bisa dikurangi dengan melakukan aktivitas ini.
Yuk Kita Mulai!
Sebelum Anda memulai program ini, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, seperti :
1. Gunakanlah sepatu dan pakaian olahraga yang nyaman dan melindungi tubuh. Sangat disarankan untuk menggunakan pakaian yang longgar, dan Anda bisa memakai beberapa lapis pakaian untuk meningkatkan suhu tubuh. Sebaiknya hindari bahan pakaian dari karet karena menghalangi menguapnya keringat. Jika Anda senang berjalan kaki di malam hari atau sebelum fajar, gunakan pakaian yang berwarna cerah supaya pengendara bermotor yang mungkin lewat dapat melihat Anda, sehingga Anda terhindar dari kecelakaan.
2. Lakukan pemanasan. Caranya cukup dengan berjalan kaki perlahan selama kira-kira lima menit sampai Anda merasa cukup hangat. Pemanasan dapat menghindari resiko terjadinya cedera otot saat Anda berjalan kaki.
3. Lakukan peregangan. Setelah pemanasan, lakukan peregangan otot selama kurang lebih lima menit. Pastikan peregangan yang Anda lakukan meliputi leher, tangan, pinggul, otot bagian atas dan bawah kaki termasuk otot hamstring, yaitu otot yang ada di sisi belakang paha, dan juga pergelangan kaki.
4. Siapkan diri dengan pernak-pernik pencegah cedera, seperti pelindung lutut atau koyo ataupun gel panas untuk mengatasi nyeri otot saat berjalan.
Setelah Anda beres dengan segala persiapan awal, barulah Anda boleh memulai program jalan kaki Anda. jika Anda ‘pemain baru’ atau ‘olahragawan musiman’, yang biasanya terlalu lama pasif dan mudah lelah, cara yang paling baik untuk memulai berjalan kaki adalah dengan berjalan santai. Berjalanlah sejauh dan dengan kecepatan yang Anda rasa paling nyaman. Jika Anda hanya sanggup berjalan kaki lima menit, maka anggap saja lima menit tersebut adalah starting point Anda. Anda dapat memulai program ini misalnya dengan berjalan kaki selama tiga sampai lima menit tiap hari di minggu pertama, tak usah berjalan kaki serius, tetapi niatkan panjang waktunya. Lalu pada minggu kedua Anda bisa meningkatkan waktu menjadi 15 menit dengan frekuensi rutin dua kali seminggu. Setelah beberapa minggu, Anda dapat berangsur-angsur meningkatkan waktu menjadi 30 menit dengan frekuensi lima hari seminggu.
Walaupun jalan kaki sepertinya ringan dan sederhana, namun bukan berarti bebas dari resiko cedera. Jika Anda berjalan kaki dengan postur tubuh atau gerakan yang salah, maka Anda juga bisa cedera. Postur tubuh yang disarankan saat berjalan kaki untuk menghindari cedera adalah :
Kepala dan bahu : jaga posisi kepala tegak dan berada di tengah bahu, tidak miring, dengan mata focus menatap lurus ke depan. Posisi bahu rileks namun tetap tegak, dan hindari membungkuk.
Otot perut : saat berjalan kaki, gunakan otot-otot perut untuk membantu menyangga postur tubuh dan tulang belakang. Caranya dengan sedikit menarik otot perut (mengempiskan perut) sambil posisi tubuh benar-benar tegak saat berjalan.
Pangkal paha : mayoritas gerakan maju harus dimulai dari pangkal paha. Setiap langkah harus terasa alami, jangan terlalu panjang ataupun terlalu pendek. Kebanyakan orang melakukan kesalahan dengan cara mengambil langkah terlalu panjang.
Tangan : posisi lengan atas harus dekat dengan tubuh, dengan sikut membentuk sudut 90 derajat. Saat berjalan, lengan harus tetap bergerak maju serentak dengan langkah kaki, namun berlawanan tempat (saat kaki kiri maju, tangan kanan yang maju). Usahakan agar posisi tangan rileks, dengan posisi telapak tangan menggenggam ringan.
Kaki : tiap kali melangkah, kaki mendarat di tumit, kemudian bagian tengah kaki, dan selanjutnya jari. Anda bisa membayangkan seperti berjalan di atas bola yang menggelinding.
Jika sudah menguasai cara berjalan kaki yang benar, kini saatnya Anda menghitung intensitas olahraga yang Anda lakukan. Mengetahui tingkatan intensitas olahraga Anda membuat Anda bisa mengukur apakah Anda harus meningkatkan intensitasnya jika dirasa kurang maksimal, atau justru menguranginya untuk menghindari cedera akibat aktivitas yang terlalu berlebihan. Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengukur intensitas jalan kaki yang Anda lakukan, antara lain :
Tes Bicara. Jika Anda terlalu sulit berbicara atau kehabisan napas untuk mengobrol dengan rekan Anda saat berjalan kaki, artinya Anda berjalan terlalu cepat dari yang semestinya, dan Anda harus mengurangi kecepatannya.
Skala Borg. Metode ini sebetulnya sifatnya lebih self-assessment. Misalnya, Anda membuat tingkatan skala sendiri tentang seberapa keras (intensitas) Anda berolahraga. Skalanya dimulai dari 6 (tidak olahraga sama sekali) sampai dengan 20 (olahraga dengan kekuatan maksimal). Untuk berjalan kaki, Anda harus berada di skala intensitas menengah, yaitu pada skala 12 - 14.
Monitor denyut jantung . Untuk mengetahui apakah Anda telah melakukan olahraga dalam rentang target denyut jantung, berhentilah berjalan dan periksa denyut jantung Anda secara manual pada pergelangan tangan (arteri radial) atau leher (arteri carotid). Saat ini sudah ada alat pengukur denyut jantung yang dapat Anda gunakan juga.
Mulai Dari yang Ringan
Jika Anda berniat memulai program berjalan kaki, tapi merasa tidak punya waktu untuk berolahraga karena kesibukan Anda, seharusnya tidak ada alasan untuk tidak mau memulai. Anda bisa mengantisipasinya dengan cara, misalnya, memarkirkan mobil Anda di sudut terjauh agar Anda bisa berjalan kaki ke gedung kantor Anda. Atau Anda yang di Jakarta dan menggunakan Transjakarta menuju kantor, Anda dapat turun di satu halte sebelum atau sesudah halte tujuan Anda, dan kemudian berjalan kaki. Jika perlu, selama di kantor Anda bisa menghindari penggunaan lift jika jarak lantai yang Anda datangi hanya terpaut dua lantai dari tempat Anda. Yang penting Anda bisa menjadwalkan lima sampai sepuluh menit dalam time table Anda tiap harinya untuk berjalan kaki, dimanapun juga. Jadi, tunggu apa lagi? Jalan kaki, yuk!
sumber: http://desainwebsite.net/serba-serbi/jalan-kaki-yuk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar